“UPAK APEM”: REPRESENTASI KECERDASAN PENARI GANDRUNG MENGOLAH KATA
Abstract
Tembang “Upak Apem” dibawakan oleh penari gandrung tanggapan pada adegan seblang-seblang. Adegan terakhir tersebut merepresentasikan niat penari gandrung untuk memohon diri dan meminta maaf kepada keluarga yang menanggap dan para penonton bila ada tutur kata dan perilaku yang tidak berkenan. Selain itu, adegan seblang-seblang juga berisi ajakan untuk kembali pada kehidupan dan melaksanakan tugas kewajiban dalam keluarga dan dalam masyarakat. Adegan seblang-seblang antara lain membawakan tembang “Candra Dewi”, “Kembang Gandrung”, “Sekar Jenang”, dan “Upak Apem”. Tembang terakhir berupa serangkaian basanan yang strukturnya sama dengan pantun dalam bahasa Melayu atau parikan dalam bahasa Jawa. Sumber data penelitian adalah penari gandrung profesional yang memiliki kepiawaian dalam menciptakan bahasan. Interpretasi data dilakukan secara tekstual dan kontekstual dalam pergelaran gandrung tanggapan. Basanan sebagai tindakan mengolah bahasa dengan struktur yang ketat memerlukan kemampuan dan kecepatan dalam menentukan pilihan kata yang sesuai untuk menyampaikan maksud, sesuai dengan pesanan penonton atau dorongan yang hendak disampaikan penari gandrung. Secara struktural, basanan dikemas dengan menggunakan kaidah estetis khususnya pola rima akhir yang sama.
Tautan: